Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

COCO : Cherish Memories To Keep Us Alive

Coco: Memori yang Dihidupkan, Cinta yang Tak Lekang

Coco adalah animasi Pixar yang menyentuh hati dan penuh warna. Film ini membawa kita ke dunia yang penuh sukacita di "Tanah Mati", tempat para arwah didaftarkan berdasarkan ingatan orang hidup tentang mereka.

Miguel, tokoh utama kita, bermimpi menjadi musisi namun dilarang keluarganya. Dalam upaya mengejar mimpinya, Miguel secara tak sengaja terjebak di "Tanah Mati" dan harus mencari berkat dari nenek moyangnya agar bisa kembali ke dunia nyata. Perjalanan Miguel menguak rahasia keluarganya dan pentingnya menjaga memori para leluhur.

Apa yang membuat Coco istimewa?

  • Animasi yang Memukau: Dunia "Tanah Mati" digambarkan dengan warna-warna yang cerah dan desain yang memukau. Para arwah di "Tanah Mati" didesain dengan gaya yang unik dan penuh detail.
  • Kisah yang Mengharukan: Coco mengungkapkan pentingnya keluarga dan menjaga memori generasi sebelumnya. Film ini akan membuat Anda tertawa dan menangis.
  • Musik yang Indah: Lagu-lagu dalam Coco sangat menggelitik dan mengingat, terutama lagu "Remember Me" yang menggetarkan hati.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

  • Tema Kematian: Meskipun cocok untuk semua usia, topik kematian mungkin terlalu berat untuk anak-anak yang masih kecil.
  • Budaya Meksiko: Film ini berdasarkan tradisi Hari Orang Mati di Meksiko. Beberapa penonton mungkin perlu sedikit pengetahuan tentang budaya ini untuk mengerti makna film secara mendalam.

Secara keseluruhan, Coco adalah animasi yang wajib ditonton. Film ini menawarkan kisah keluarga yang mengharukan, animasi yang menakjubkan, serta lagu-lagu yang menggelitik hati. Coco akan mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga memori dan menghargai orang-orang yang kita cintai.

Quote:
Héctor: What are you doing?
Miguel: I'm walking like a skeleton.
Héctor: No, skeletons don't walk like that.
Miguel: That's how *you* walk.
Héctor: No, I don't.


Nice-to-know:
The Land of the Dead dalam film terinspirasi dari kota Guanajuato di Mexico yang terkenal dengan perbukitan rumah yang berwarna-warni.

Cast:
Anthony Gonzalez sebagai Miguel (voice)
Gael García Bernal sebagai Héctor (voice)
Benjamin Bratt sebagai Ernesto de la Cruz (voice)
Alanna Ubach sebagai Mamá Imelda (voice)
Renee Victor sebagai Abuelita (voice) (as Renée Victor)
Jaime Camil sebagai Papá (voice)
Gabriel Iglesias sebagai Clerk (voice)
Lombardo Boyar sebagai Plaza Mariachi / Gustavo (voice)
Ana Ofelia Murguía sebagai Mamá Coco (voice)


Director:
Merupakan feature film kelima bagi Lee Unkrich yang kali ini bertandem dengan debutan Adrian Molina. 

W For Words:
Kenangan adalan peninggalan. Sebuah alat pengingat bagi orang hidup akan seseorang atau sesuatu yang pernah hadir dalam masa lalu mereka, baik ataupun buruk itu. Pixar Studio bersama Disney dengan jeli mengangkat tema tersebut lewat sebuah perayaan tradisi yang kental dengan nilai-nilai keluarga, dari sudut pandang satu individu naif yang punya mimpi besar. Tidak terlalu mengherankan jika anda setia mengikuti karya-karya mereka dari tahun ke tahun, yang bekerja maksimal bagi segala kalangan usia tentunya.

Meski ditentang habis-habisan oleh orangtuanya, seorang bocah laki-laki tetap bermimpi untuk menjadi musisi ternama seperti sang idola Ernesto de la Cruz yang telah lama meninggal. Saat berupaya mencuri gitar peninggalan, Miguel malah terseret ke alam kematian hingga bertemu kakek nenek moyang sekaligus mendiang keluarganya yang ternyata tidak mendukungnya juga. Dibantu Hector, ia berpetualang demi mendapatkan ‘restu’ agar bisa kembali ke dunianya sendiri dan meneruskan cita-citanya sebelum terlambat.

Kwartet Lee Unkrich, Jason Katz, Matthew Aldrich dan Adrian Molina secara cermat menggunakan kultur Mexico, Día de los Muertos sebagai latar belakang cerita. Sebuah tradisi yang rasanya punya sebutan sendiri-sendiri di belahan bumi manapun, sebagai contoh “ceng beng” untuk orang Tionghoa. Beragam karakter yang muncul silih berganti memiliki fungsinya masing-masing dalam bangunan plot. Hanya saja porsi keluarga ‘nyata’ Miguel memang tidak diberi kedalaman sama dengan yang ‘kasat mata’. Jangan lupakan selipan humor sarkastis yang tak jarang menghadirkan tawa spontan. 

Sutradara Sanchez tak hanya memanjakan mata dengan penggambaran warna-warni dunia orang hidup dan mati yang begitu kontras, lengkap dengan jembatan keemasan dari kelopak bunga, tapi juga berhasil mengetuk hati anda dengan penuturan kisah keluarga secara sederhana yang penuh suka duka. Film ini bisa dengan mudah jatuh ke ranah soap opera klise yang mudah terlupakan tetapi peletakkan twist yang elegan di penghujung menghapus stigma tersebut. Berbagai tembang yang hadir di sepanjang film mungkin belum terlalu ear-catchy memorable tapi jelas memiliki kekuatan lirik tersendiri.

Menonton Coco jelas merupakan sebuah investasi, yang kerap bisa diturunkan kepada siapapun untuk menyerap nilai-nilai yang diusungnya. Sebuah coming of age story yang tak hanya mengajarkan kita untuk terus mengejar bintang di langit tapi tak sampai meninggalkan akar itu sendiri. Pixar has found another way to move us from happiness to tears through good and bad memories, that everything can be changed if you believe enough. One more thing, juat because the past didn’t turn out like you wanted it to, doesn’t mean your future can’t be better than you ever imagined. Miguel’s journey will prove it to you!

Durasi:
126 menit

Movie-meter:

Posting Komentar untuk "COCO : Cherish Memories To Keep Us Alive"